Jelitapos.com | Pontianak Kalimanatan Barat – Hipertensi atau tekanan darah tinggi masih menjadi ancaman utama kesehatan global. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sekitar 1,28 miliar orang dewasa di seluruh dunia hidup dengan hipertensi.
Penyakit ini menjadi pemicu berbagai komplikasi serius seperti stroke, gagal jantung, dan kerusakan ginjal. Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan pengobatan alami, bawang putih (Allium sativum) kini menarik perhatian sebagai terapi pendukung yang potensial.
Sebuah studi literatur yang mengkaji efektivitas bawang putih dalam menurunkan tekanan darah menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Studi ini menyisir berbagai publikasi ilmiah dari tahun 2010 hingga 2024, yang bersumber dari basis data terkemuka seperti Google Scholar, PubMed, dan ScienceDirect. Kata kunci yang digunakan meliputi “garlic”, “hypertension”, dan “blood pressure”.
Hasil studi menemukan bahwa konsumsi ekstrak bawang putih dalam dosis 600 – 1200 mg per hari selama 8 hingga 12 minggu secara signifikan dapat menurunkan tekanan darah.
Studi oleh Ried et al. (2013), misalnya, menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik sebesar 8–12 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 5–8 mmHg setelah 12 minggu konsumsi rutin.
Efek terapeutik bawang putih diduga kuat berasal dari senyawa aktif bernama allicin. Allicin bekerja meningkatkan produksi nitric oxide (NO), yaitu senyawa yang membantu memperlebar pembuluh darah (vasodilator) sehingga aliran darah menjadi lebih lancar.
Selain itu, allicin memiliki sifat antiplatelet dan antioksidan yang turut memperbaiki fungsi vaskular dan mencegah penggumpalan darah.
Namun demikian, efektivitas bawang putih dalam pengelolaan tekanan darah tinggi sangat dipengaruhi oleh bentuk dan cara konsumsinya. Bawang putih mentah, misalnya, memiliki kandungan allicin yang lebih tinggi dibandingkan bawang putih yang dimasak. Sementara itu, ekstrak bawang putih yang telah distandarisasi memberikan dosis yang lebih konsisten.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Bawang putih terbukti memiliki potensi sebagai terapi tambahan dalam penanganan hipertensi. Namun, penting untuk dicatat bahwa konsumsi bawang putih tidak boleh dijadikan sebagai pengganti obat medis utama. Pasien hipertensi disarankan tetap berkonsultasi dengan tenaga kesehatan sebelum memulai terapi herbal, terutama untuk menghindari interaksi dengan obat antihipertensi lain.
Penggunaan tanaman obat seperti bawang putih memberikan harapan baru dalam pendekatan integratif pengelolaan penyakit kronis. Dengan pendekatan ilmiah yang berbasis bukti (evidence-based), pemanfaatan obat herbal seperti bawang putih bisa menjadi pelengkap yang efektif dan aman dalam sistem layanan kesehatan.di langsir dari pengamat kesehata.
Penulis Artikel : Sasa / Jono